Sehinggadapat disimpulkan bahwa Kebhinnekaan atau semangat Bhinneka Tunggal Ika dan toleransi akan menjadi perekat untuk bersatu dalam kemajemukan (keberagaman) bangsa. Selain semboyan Bhinnneka Tunggal Ika, menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 146) Negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa sebagai berikut. Dasar Negara Pancasila. Kaummuda harus berperan aktif dalam menjaga harmonisasi dan setiap dari kita harus menjadi manusia antarbudaya yang terpelajar untuk memanifestasikan kebhinekaan. Berawal dari kita yang memberikan upaya pencerahan dan sikap saling menghargai budaya maka kebhinekaan akan terus terjaga . Dengan ghirah serta gerak juang mari kita rayakan kebhinekaan. Warganegara yang religius adalah warga negara yang senantiasa memahami serta menaktualisasikan nilai - nilai ajaran agama yang diyakini dan dipeluk dalam kehidupan sehari - hari baik dilingkungan keluarga,masyarakat, bangsa dan negara.Nilai - nilai keimanan dan ketaqwaan harus senantiasa tercermin dalam sikap maupun perilaku yang ditampilkan oleh setiap warga negara, baik dalam hal (1 Semangatkebangsaan dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan adanya kesadaran untuk menyerahkan kesetiaan tertinggi dari setiap pribadi kepada Negara dan bangsa. Semangat kebangsaan adalah salah satu bentuk rasa cinta yang melahirkan jiwa kebersamaan. Dengansemboyan Bhineka Tunggal Ika tersebut juga di harapkan sebagai landasan atau dasar perjuangan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar dikenal di mata dunia sebagai bangsa yang multikulturalisme. Bhineka Tunggal Ika mempunyai banyak peran penting dalam kemajuan, kemakmuran, serta keamanan bangsa ini. Solidaritasadalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk pada hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya, kesamaan tujuan dan cita-cita, adanya kesetiakawanan dan rasa sepenanggungan. Sikap solidaritas sendiri merupakan bentuk kepedulian terhadap orang lain. Tanya› Jelaskan yang dimaksud dengan semangat kebangsaan. 0 Tilai Positif Tilai Negatif. Anjani Sulistini Staff asked 1 year ago. fb Whatsapp Twitter LinkedIn. Juara, MaPel Apakah Pertanyaan ini ? d Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu: (1). Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa; (2). Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka KeBhinnekaansebagai sebuah hakikat realitas yang sudah ada dalam bangsa, sedangkan ke-Tunggal-Ika-an merupakan cita-cita kebangsaan. Semboyan inilah yang kemudian menjadi jembatan penghubung menuju terbentuknya Negara berdaulat. Simak penjelasan lebih lengkapnya mengenai Bhinneka Tunggal Ika Berikut ini: A. Arti dan Makna Bhinneka Tunggal Ika Adanyakesamaan kepribadian dan pandangan dunia kebangsaan, yaitu Pancasila. Ada semangat dan rasa semangat dalam gotong royong, solidaritas dan toleransi beragama yang sangat kuat. Ada rasa yang sama dan penghinaan yang disebabkan oleh penderitaan pada masa perbudakan. Unsur penghambat integrasi nasional Sebagaibangsa yang terdiri dari beragam unsur kebudayaan, Indonesia memiliki keunggulan di bidang kreativitas seni dan budaya sehingga nasionalisme dapat diinternalisasi dan diolah secara kekinian dengan menonjolkan kebhinekaan budaya dalam bentuk kegiatan-kegiatan kreatif di kancah internasional untuk rasa kebanggaan terhadap Indonesia. alyzZqF. Apa sih sebenarnya yang dimaksud “Kebhinekaan”? Yang berasal dari kata “Bhineka” dalam terjemahan bebas artinya kurang lebih adalah beraneka, bermacam- macam. Dalam filosofi hidup Republic of indonesia, pada Pancasila, kita mengenal semboyan “BHINEKA TUNGGAL IKA” yang memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Menurutku arti dari BHINEKA TUNGGAL IKA Berbeda-beda tetapi Tetap Satu. Makna dari Berbeda-beda tetapi Tetap Satu yang ku tahu adalah berbeda adat-istiadat, budaya, kebiasaan, juga kepercayaan, karena Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai dengan Merauke. Di setiap suku pasti terdapat kebiasaan dan adat yang unik yang membedakannya dengan suku lain. Akan tetapi pada hakikatnya Kata bhinneka berarti “beraneka ragam” atau berbeda-beda. Kata neka berarti “macam”. Kata tunggal berarti “satu”. Kata ika berarti “itu”. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan “Beraneka Satu Itu”, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuno atau dengan kata lain “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Jadi pada intinya Indonesia itu Kepualauan yang beraneka ragam dan unik dengan sendirinya tetapi tetap jadi satu Kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Bhineka Tunggal Ika bukanlah hanya sekedar semboyan,melainkan tersimpan makna yang tersirat didalamnya yang harus kita ketahui dan pahami. Pada prisnipnya semboyan bangsa Republic of indonesia memiliki makna yang sangat penting yaitu toleransi dan kesatuan. Pertama, Toleransi inilah yang dapat mencairkan perbedaan menjadi persatuan sehingga tidak ada perpecahan atau konflik. Kedua, Kesatuan merupakan hal yang harus dilakukan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dari berbagai macam ras, suku, dan agama. Semboyan ini haruslah kita terapkan bukan hanya sekedar diketahui saja, Karena semboyan bangsa kita ini memiliki peranan yang sangat penting dalam menumbuh kembangkan rasa nasionalisme kita terhadap itu,wujud nasionalisme dapat terbentuk apabila kita sebagai masyarakat yang berjiwa nasionalisme telah melakukan hal yang berguna bagi apapun itu yang dapat merubah bangsa ini menjadi lebih baik, karena Kebhinekaan merupakan realitas bangsa yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Contoh sederhananya, di keluarga Ayah dan ibuku yang memiliki anak yaitu Kakak ku sendiri yang lahir di Pangkal Pinang, Sumatra. Kakakku sendiri adalah asli keturunan Jawa, karena Ayah dan Ibu ku asli Jawa, yang berasal dari suku Jawa. Meskipun lahir dan besar di Pangkal Pinang tetapi kakakku dididik dengan cara Jawa oleh orangtua ku, kalau berbicara dengan yang lebih tua harus menggunakan tutur bahasa yang halus, cium tangan jika bertemu dan pamitan, berjalan dengan membungkukkan badan jika melewati para sesepuh, dan banyak lagi. Perilaku seperti ini menjadi contoh nyata bahwa aku jga bisa ikut mencontoh tindak tanduk dan tingkah laku yang menimbulkan rasa unggah-ungguh, enggan membantah secara frontal, dan cenderung pemalu. Tatakrama ini pastinya berbeda dengan tetanggaku yang satunya yang berasal dari perantauan Borneo . Misalnya saja dari cara berbicaranya dengan suara lantang, seolah-olah kesannya sedang membentak padahal tidak, dan to the signal mengemukakan suatu pendapat. Karena sudah terpengaruh di perantauannya. Dan kami juga harus menghargai orang lain dan harus mengerti suatu perbedaan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan perbedaan persepsi, sehingga terbentuklah lingkungan yang memiliki toleransi tinggi Kenapa kita perlu memaknai dan menggarisbawahi arti dari Bhineka Tunggal Ika itu sendiri karena Bhineka Tunggal Ika itu memiliki Fungsi yang bermanfat untuk kita Fungsi dari Bhineka Tunggal Ika yaitu memahami maksud dan tujuan Bhineka Tunggal Ika mewujudkan cita-cita luhur Indonesia mempertahankan kesatuan dan persatuan membentuk kepribadian masyarakat Indonesia agar mencintai perbedaan, bukan menentang perbedaan mewujudkan perdamaian Republic of indonesia Hal diatas dapat terwujud jika kita telah melakukan dan menerapkan makna yang terdapat pada bhineka tunggal ika dalam kehidupan kita sehari-hari. Selain itu karakter bangsa harus dibentuk agar mencintai perbedaan dan keseragaman. Sehingga terwujud masyarakat yang aman, tenteram, dan damai. Bangsa Indonesia terkadang acuh terhadap makna bhineka tunggal ika, mungkin penyebabnya karna tidak tahu untuk apa s emboyan ini dan apa gunanya jika kita menerapkan dalam kehidupan sehari-hari? Bhineka Tunggal Ika kini mulai luntur, banyak anak muda yang tidak mengenalnya, banyak orang tua lupa akan semboyan ini, banyak birokrat yang pura-pura lupa, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia Merdeka perlahan-lahan memudar. Contoh nyatanya anak anak kecil sekarang banyak yang luntur moralnya sehingga menjadikan dirinya sendiri itu adalah pemenang bahwa ia itu selalu benar. Sehingga tidak mau menerima kekurangan yang ada pada teman yang lainnya. Padahal seharusnya apabila anak tersebut menngetahui maksud dan arti dari Semboyan tersebut, Kekurangan itu bisa dijadikan bumbu pelengkap untuk membentuk suatu keharmonisan pada pertemanan. Kembali lagi pada fungsi semboyan Negara Indonesia. Disana cukup jelas dipaparkan beberapa fungsi yang harus kita laksanakan. Salah satu fungsi menyebutkan mewujudkan perdamaian Indonesia, perdamaian adalah hal yang sangat berharga dan paling penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Apabila perdamaian tidak terjaga maka akan muncul perpecahan dan berbagai konflik yang menyebabkan bangsa ini hancur dan kehilangan arah. Begitu juga sebaliknya apabila mampu mempertahankan perdamaian, mungkin tidak akan terjadi konflik, perpecahan, anarkisme, kebrutalan. Seperti yang banyak kita lihat di televisi, sangat banyak tawuran-tawuran yang terjadi akibat perpecahan tersebut. Contohnya seperti kasus yang terjadi di Dki jakarta baru-baru ini yang dilansir oleh SINDONews, yaitu kasus tawuran yang terjadi antar pelajar . Para pelajar yang seharusnya tugasnya belajar dan menuntut ilmu, malah membuat kerusuhan dan konflik bahkan menyebabkan temannya luka-luka dan tragisnya sampai meninggal dunia. Terkadang penyebabnya adalah hal yang sangat sepele yang dibesar-besarkan sehingga menjadi suatu konflik yang berkepanjangan. Terlepas dari apa penyebab tawuran dan kerusuhan, faktanya kita melihat orang-orang dapat dengan leluasa mengacung-acungkan benda tajam seperti pisau,parang,celurit, di jalan raya, seperti benda tajam itu menjadi bahan mainan bagi pelajar yang tawuran tersebut, padahal hal tersebut sudah menyalahi aturan dan menjadikan keresahan warga di sekitar jalan raya itu pula. Masyarakat Republic of indonesia memiliki beraneka ragam perbedaan, sehingga harus ada beberapa hal yang harus dihargai dan dihormati agar tidak terjadi perpecahan dan konflik.. Dengan berpedoman dengan makna dari semboyaan bangsa kita yaitu BHINEKA TUNGGAL IKA yang mempunyai makna “Berbeda-beda tetapi tetap satu”, walaupun kita berbeda suku,agama,ras,pandangan,pendapat,apapun itu yang kita harus tetap tecipta bangsa yang memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang cinta akan kedamaian, cinta tanah air dan menikmati adanya suatu perbedaan. Dan kita mampu hidup berdampingan dalam harmoni tanpa memandang apapun yang menjadi perbedaan. Lalu untuk mendorong terciptanya perdamaian dalam kehidupan Bangsa dan Negara. Kebhinekaan harusnya kita pahami sebagai sebuah kekuatan pemersatu bangsa yang keberadaannya tidak bisa dipungkiri. Kebhinekaan juga harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman multikulturalisme dengan berlandaskan kekuatan spiritualitas. Kekuatan spiritualitas disini maksudnya adalah bahwa masyarakat melihat perbedaan itu sebagai sebuah keragaman yang mempersatukan, menerima perbedaan sebagai sebuah kekuatan bukan sebagai ancaman atau gangguan. Semua budaya, agama dan suku yang ada tetap pada bentuknya masing-masing, yang mempersatukan adalah rasa nasionalisme kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang memiliki ratusan budaya, adat istiadat, kebiasaan. Sebagai penutup, perlu kembali disosialisasikan peribahasa yang nyaris punah, yakni, “Bersatu kita teguh. Bercerai kita runtuh”. Peribahasa yang dulu menjadi semboyan kekuatan kita berbangsa dan bernegara harus diberdayakan kembali untuk sinergi nasionalisme. Jadi teman temanku semua, kembali kepada pribadi dan diri kita masing –masing bahwa kita itu tetaplah sama semua, tidak ada hal yang dapat merusak ataupun mengganggu keharmonisan negara kita, karna perbedaan itu ada untuk saling melengkapi dan bukan menjadi penghalang bagi kita untuk menumbuhkan semangat juang kita sebagai pemuda dan generasi penerus bangsa ini. Kembangkan rasa nasionalisme untuk Indonesia Bersama. Sekian dan Terimakasih 😀 Sejarah Bhinneka Tunggal Ika – Bangsa Indonesia dan Keragamannya baik dari segi agama, warna kulit, suku bangsa, bahasa, yang kemudian menjadikannya sebagai bangsa majemuk dan berdaulat. Hal ini dapat dilihat dari menuju detik-detik kemerdekaan hampir seluruh anak bangsa yang tergabung dari berbagai suku turut memperjuangkan kemerdekaan. Para tokoh bangsa sendiri kemudian menyadari tantangan yang harus mereka hadapi karena kemajemukan tersebut. Keberagaman ini kemudian menjadi realitas yang tak dapat dihindari adanya. KeBhinnekaan sebagai sebuah hakikat realitas yang sudah ada dalam bangsa, sedangkan ke-Tunggal-Ika-an merupakan cita-cita kebangsaan. Semboyan inilah yang kemudian menjadi jembatan penghubung menuju terbentuknya Negara berdaulat. Simak penjelasan lebih lengkapnya mengenai Bhinneka Tunggal Ika Berikut ini A. Arti dan Makna Bhinneka Tunggal IkaB. Sejarah Singkat Bhinneka Tunggal IkaC. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika1. Common Denominator2. Tidak Sektarian dan Enklusif3. Tidak Formalistis4. Bersifat Konvergen5. Prinsip Pluralistik dan Multikultural6. Semangat Gotong-RoyongD. Fakta-Fakta Menarik Bhinneka Tunggal Ika1. Bersumber dari Lontar Sutasoma2. Bukan Ciptaan Bung Karno3. Tersimpan di Perpustakaan Leiden4. Bukan Hanya tentang Persatuan SukuE. Bhinneka Tunggal Ika dan Nasionalisme1. Kesatuan Sejarah2. Kesatuan Nasib3. Kesatuan Wilayah4. Kesatuan KebudayaanE. Penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari1. Perilaku Inklusif2. Mengakomodasi Sifat Pluralistik3. Tidak Menang Sendiri4. Musyawarah untuk Mufakat Secara harfiah Kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno. Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti berbeda-beda tetap satu jua. Bhinneka Tunggal Ika menjadi semboyan bangsa Indonesia dan tertulis di dalam lambang Garuda Pancasila. Konsep Bhinneka Tunggal Ika sendiri diambil dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan majapahit di sekitar abad ke-14 M. Secara etimologi kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno yang jika dipisah menjadi Bhinneka memiliki makna ragam atau beraneka, Tunggal adalah satu, dan Ika adalah itu. Sehingga arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetap satu jua. Maknanya, dengan jiwa dan semangat bangsa Indonesia mengakui realitas bangsa yang majemuk suku, bahasa, agama, ras, golongan dll namun tetap menjunjung tinggi persatuan. I Nyoman Pursika 2009 dalam jurnal Kajian Analitik Terhadap Semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan cerminan keseimbangan antara cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme. Jika pada mulanya Bhinneka Tunggal Ika dipakai untuk menyatakan semangat toleransi keagaaman antara agama Hindu dan Budha. Setelah dijadikan semboyan bangsa Indonesia, konteks “Bhinneka” atau perbedaannya menjadi lebih luas, tidak hanya berbeda agama saja tapi juga suku, bahasa, ras, golongan, budaya, adat istiadat bahkan bisa ditarik kedalam perbedaan dalam lingkup yang lebih kecil seperti perbedaan pendapat, pikiran/ide, kesukaan, hobi. Bhineka Tunggal Ika sebagai salah satu dari empat pilar kebangsaan, selain Pancasila. UUD 1945, NKRI merupakan sebuah nilai yang harus ditanam dalam setiap warga negara Indonesia yang dibahas pada buku Pancasila. Jadi, semisal beda dukungan klub sepak bola jangan bertengkar ya? B. Sejarah Singkat Bhinneka Tunggal Ika Pada awalnya, Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang menunjukan semangat toleransi keagamaan, khususnya antara agama Hindu dan Buddha. Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Istilah tersebut ter- cantum dalam bait 5 pupuh 139. Bait ini secara lengkap seperti di bawah ini Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Terjemahan Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina Buddha dan Siwa adalah tunggal Menurut jurnal dari Letkol Czi Dr. Syafril Hidayat, psc, tentang Bhinneka Tunggal Ika, dalam buku Bung Hatta Menjawab 1979, Mohammad Hatta menuliskan bahwa usai merdeka, semboyan ini dicantumkan dengan lambang yang dibuat oleh Sultan Abdul Hamid di Pontianak dan diresmikan pemakaiannya oleh Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950 sebagai semboyan lambang negara. Melalui semboyan ini, Indonesia kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Bhinneka Tunggal Ika sendiri diteliti pertama kali oleh Prof. H. Kern 1888. Semboyan ini sendiri pada mulanya tertera dalam lontar yang tersimpan di Perpustakaan Kota Leiden Purusadasanta atau Sutasoma. Semboyan ini kemudian diteliti kembali oleh Muhammad Yamin di tahun-tahun berikutnya dan kemudian ia tuliskan di dalam bukunya 6000 tahun Sang Merah Putih pada tahun 1954. Sejarah semboyan Bhinneka Tunggal Ika menempuh proses evolusi dan kristalisasi mulai sebelum kemerdekaan, pergerakan nasional 1928 sampai berdirinya negara Republik Indonesia pada tahun 1945. Setelah dijadikan sebagai semboyan Bangsa Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika menjadi pernyataan bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk namun tetap menjunjung tinggi persatuan. Baca juga Sejarah Lambang Garuda Pancasila C. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika Pada dasarnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika sangat penting sebab melambangkan toleransi dan kesatuan. Mengapa toleransi? Karena toleransi dapat mencairkan perbedaan sehingga tidak ada lagi perpecahan atau konflik. Karenanya keBhinnekaan harus dimaknai masyarakat melalui pemahaman multikulturalisme yang berlandaskan kepada kekuatan spiritualitas. Perbedaan etnis, religi maupun ideologi. Berikut ini prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang perlu kamu ketahui 1. Common Denominator Terdapat 5 agama di Indonesia, namun sesuai dengan prinsip pertama Bhinneka Tunggal Ika perbedaan dalam hal keagamaan haruslah dicari common denominatornya, atau dengan kata lain menemukan persamaan dalam perbedaan sehingga semua rakyat Indonesia dapat hidup rukun berdampingan. Demikian juga dengan berbagai aspek lain dengan segala perbedaannya di Indonesia, seperti adat dan kebudayaan di setiap daerah. Semua keberagaman adat dan budaya tersebut tetap diakui keabsahannya dengan segala perbedaan yang ada tetap Bersatu dalam Negara kesatuan republik Indonesia. 2. Tidak Sektarian dan Enklusif Tidak Sektarian dan Eksklusif maksudnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara setiap rakyat Indonesia tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa diri atau kelompoknya sebagai yang paling benar dibanding orang atau kelompok lain. Pandangan-pandangan sektarian dan eksklusif harus dihilangkan, karena ketika sifat sektarian dan eksklusif sudah terbentuk, maka akan ada banyak konflik yang terjadi dikarenakan kecemburuan, kecurigaan, sikap yang berlebih-lebihan serta kurang memperhitungkan keberadaan kelompok atau pribadi lain. 3. Tidak Formalistis Bhinneka Tunggal Ika sifatnya universal dan menyeluruh. Hal ini dilandasi oleh adanya rasa cinta mencintai, rasa hormat menghormati, saling percaya mempercayai, dan saling rukun antar sesama. Dengan cara tersebutlah keanekaragaman kemudian dapat disatukan dalam bingkai ke-Indonesiaan. 4. Bersifat Konvergen Bersifat Konvergen maksudnya segala keanekaragaman bukan untuk dibesar-besarkan, tetapi harus dicari titik temu yang dapat membuat segala kepentingan bertemu di tengah. Hal ini dapat dicapai jika terdapat sikap toleran, saling percaya, rukun, non sektarian, dan inklusif di antara masyarakat. 5. Prinsip Pluralistik dan Multikultural Bhinneka Tunggal Ika mengandung nilai antara lain toleransi, inklusif, damai dan kebersamaan, serta setara. Nilai-nilai tersebut tidak menghendaki sifat yang tertutup atau eksklusif sehingga memungkinkan untuk mengakomodasi keanekaragaman budaya bangsa dan menghadapi arus globalisasi. Saling menghormati antar agama, suku bangsa, menghargai hasil karya orang lain, bergotong royong membangun bangsa tanpa memandang perbedaan suku, budaya dan agama, tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini dapat menimbulkan konflik serta menjadi sumber awal pemecah persatuan dan kesatuan bangsa. 6. Semangat Gotong-Royong Semangat gotong-royong tidak melulu tentang bahu-membahu membersihkan lingkungan, atau menjaga keamanan lingkungan sekitar rumahmu. Tapi juga pada semangat gotong-royong dalam melawan hoax atau berita bohong yang kini tersebar dimana-mana atas nama clickbait. Biasakan untuk memverifikasi data atau berita yang diterima dan ingin disebarkan. Karena jejak digital sangat sulit untuk dihilangkan, pasalanya, setiap harinya, ada ribuah hoax yang menyebar dan siap merusak generasi dan keBhinnekaan negara ini. Dalam menguatkan sifat gotong royong yang kita miliki dan jiwa kebangsaan, demokrasi, huku, serta multikultural dalam mendukung terwujudnya warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya, buku Meneguhkan Jiwa Dan Semangat Nasionalisme merupakan referensi yang tepat untuk Grameds. D. Fakta-Fakta Menarik Bhinneka Tunggal Ika Dalam kehidupan bersama, di mana berbagai kepentingan akan bertemu, dan tidak semua kepentingan sejalan, tentu akan mengakibatkan terjadinya gesekan bahkan konflik-konflik sosial. Dalam situasi semacam ini, batas-batas antara hak dan wewenang setiap pihak harus ditetapkan secara jelas, tegas dan proporsional. Setiap warga Negara kemudian bebas menuntut haknya, namun pada saat yang sama juga wajib menghormati hak yang dimiliki oleh orang lain. Adil sendiri memiliki makna yang tidak memihak, tidak tertutup, dan berkelompok. Sebaliknya berlaku adil atau menghendaki sikap terbuka yang senantiasa menyediakan “ruang” bagi kehadiran orang lain. Kebiasaan menyapa orang lain adalah bentuk nyata dari mewujudkan sikap adil. Menyapa orang lain siapa pun pada hakikatnya adalah tindakan awal membangun jaringan sosial yang akan menjadi kekuatan agar tidak mudah dipecah belah dan diadu domba. Berikut ini beberapa Fakta Mengenai Bhinneka Tunggal Ika yang perlu kamu ketahui 1. Bersumber dari Lontar Sutasoma Istilah Bhinneka Tunggal Ika diambil dari Lontar Sutasoma karya Mpu Tantular seorang pujangga yang hidup pada abad ke-14 di Majapahit dan masih kerabat kerajaan pada masa pemerintahan Raja Rajasanegara. Istilah Bhinneka Tunggal ika sendiri diambil dari salah satu penggalan kakimpoi alias Syair Sutasoma. Berikut bunyinya dalam Bahasa Sansekerta, dan diterjemahkan ke Bahasa Indonesia Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Artinya Buddha dan Siwa sebagai dua zat yang berbeda namun bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina Buddha dan Siwa yang tunggal Berpecah belah lah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran. 2. Bukan Ciptaan Bung Karno Dalam buku karangan Mohammad Hatta yang berjudul Bung Hatta Menjawab, dituliskan bahwa Bung Karno Lah yang menciptakan istilah “Bhinneka Tunggal Ika”, maksudnya bukan Bung Karno yang menciptakan, namun ialah yang mengusulkan ditambahkannya frasa tersebut ke dalam pita yang dicengkeram oleh Burung Garuda. Burung garuda sendiri tadinya didesain mencengkeram bendera merah putih namun kemudian diganti dengan pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika yang digunakan sebagai semboyan negara maknanya mempersatukan keberagaman. Burung garuda sendiri menggunakan perisai, sebagai bentuk tenaga pembangun pada peradaban Indonesia. Burung garuda dari mitologi ini bersanding erat dengan burung elang rajawali. Burung yang terlukis pada beberapa candi, termasuk Dieng, Prambanan dan Penataran. 3. Tersimpan di Perpustakaan Leiden Dengan eratnya kaitan antara Nusantara dan Belanda. Transkrip Sutasoma kemudian menjadi salah satu arsip yang tersimpan di Perpustakaan Leiden, dengan bait yang mengandung istilah Bhinneka Tunggal Ika tersebut berada pada lembar ke 120 lontar Sutasoma. 4. Bukan Hanya tentang Persatuan Suku Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya tentang perbedaan suku budaya yang harus disatukan, tetapi juga perbedaan pemikiran. Menurut Sultan Hamid, Soekarno menggambarkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai persatuan pemikiran federalis dan kesatuan di Republik Indonesia Serikat nama Indonesia pada saat itu. E. Bhinneka Tunggal Ika dan Nasionalisme Teknologi komunikasi kini telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern yang menggunakan media massa, internet ataupun teknologi sebagai media peperangan tersebut. Sasarannya tentu saja ada pada ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, dan politik. Dalam rangka membentengi diri dari kehancuran akibat pesatnya perkembangan teknologi serta beragam upaya yang dilakukan untuk memecah bangsa, maka masyarakat Indonesia harus kembali kepada nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia, telah berkembang secara alamiah dari perjalanan panjang sejarah, berisi pandangan hidup, karakter, dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, termasuk Bhinneka Tunggal Ika. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila adalah semangat bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri. Dalam mempelajari lebih dalam mengenai nasionalisme secara singkat, padat dan gamblang, Grameds dapat membaca buku Nasionalisme oleh Steven Gr yang ada dibawah ini. Bhinneka Tunggal Ika secara tidak langsung merupakan gambaran nasionalisme bangsa Indonesia. Makna Bhinneka Tunggal Ika menjadi prinsip warga negara Indonesia untuk membangun nasionalisme. Berikut ini beberapa diantaranya unsur-unsur yang membentuk nasionalisme 1. Kesatuan Sejarah Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah, yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit kemudian datang penjajah, tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. 2. Kesatuan Nasib Bangsa Indonesia terbentuk karena kesamaan nasibnya yaitu merasakan penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad lamanya hingga kemudian memperjuangkan kemerdekaaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan dalam bentuk kemerdekaan. 3. Kesatuan Wilayah Bangsa Indonesia hidup di wilayah Indonesia, tersebar masyarakatnya dari sabang sampai ke merauke. Kesatuan asas kerohanian bangsa sendiri sebagai salah satu cita-cita, filsafat dan pandangan hidup yang berakar pada pandangan hidup Pancasila. 4. Kesatuan Kebudayaan Walau bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan mulai dari rumah adat pakaian adat, acara adat, Bahasa dan keanekaragaman lainnya namun keseluruhannya merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional kesatuan republik Indonesia. E. Penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66/1951. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1951 oleh Presiden Soekarno dan Perdana Menteri, Sukiman Wirjosandjojo. Bhinneka Tunggal Ika Tertuang dalam Pasal 5 yang berbunyi, “Di bawah lambang tertulis dengan huruf latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa-Kuno berbunyi Bhinneka Tunggal Ika. Penjelasan dari Pasal 5 tersebut adalah perkataan Bhinneka sebagai gabungan dua perkataan bhinna dan ika. Kalimat seluruhnya tersebut kemudian dapat disalin menjadi berbeda-beda tetapi tetap satu jua’. Berikut ini penerapan Bhinneka Tungga Ika dalam Kehidupan berbangsa dan bernegara kita 1. Perilaku Inklusif Implementasi pertama adalah bahwa seseorang diharuskan tidak melihat dirinya lebih diutamakan dari kepentingan yang lain. Sama halnya dengan kelompok, dimana kepentingan bersama lebih diutamakan dari kepentingan pribadi atau golongan. 2. Mengakomodasi Sifat Pluralistik Ditinjau dari pada keanekaragamannya, maka sudah sepatutnya jika Indonesia menjadi bangsa dengan tingkat pluralistik terbesar di dunia. Hal ini pulalah yang menjadikan bangsa Indonesia disegani oleh bangsa lain. Namun jika tidak dipergunakan secara bijak besar kemungkinan terjadinya disintegrasi dalam bangsa. Ras, Budaya, Suku Bahasa, Agama, dan adat, bangsa Indonesia. Dengan lebih memahami mengenai keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia melalui buku Guys, Indonesia Tuh Bineka, Loh! Grameds akan lebih memahami perkembangan masyarakat yang sangat dinamis dan terhindar dari kesalahpahaman serta konflik yang terjadi karena perbedaan. 3. Tidak Menang Sendiri Perbedaan pendapat sesungguhnya merupakan hal yang lumrah, apalagi pada sistem demokrasi. Sistem tersebut kemudian menuntut rakyat bebas mengungkapkan pendapat masing-masing. Dengan begitu implementasi dari prinsip Bhinneka Tunggal Ika maka seseorang diharuskan untuk saling menghormati satu pendapat dan pendapat lainnya. Perbedaan pendapat tidak perlu dibesar-besarkan, namun harus dicari titik temu yang mengedepankan kepentingan bersama. Jauhkan sifat divergen dan terapkan sifat yang konvergen ke dalam hidup berbangsa dan bernegara. Seperti halnya yang terjadi di Indonesia dimana adanya konflik antara Aceh dan Papur yang berhasil diselesaikan dengan adanya nilai kebersamaan yang disampaikan Gus Dur sebagai strategi penyelesaian konflik yang dapat kamu baca pada buku Gus Dur Islam Nusantara & Kewarganegaraan Bineka. 4. Musyawarah untuk Mufakat Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dengan adanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, maka jika terdapat perbedaan yang ada pada antar kelompok maupun pribadi wajib dicari solusinya secara bersama-sama dengan musyawarah. Seperti halnya dengan prinsip common denominator atau yang dikenal dengan mencari inti kesamaan. Hal ini kemudian juga sebaiknya diterapkan dalam melakukan musyawarah untuk mufakat. Dengan adanya beragam gagasan yang semuanya kemudian dirangkum menjadi satu kesepakatan. Dengan begitu kesepakatan disini bertujuan untuk mencapai mufakat pada pribadi maupun kelompok. Masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah masyarakat adat yang secara sosiologis memiliki ikatan dalam kelompok suku atau etnik yang sangat kuat. Meski demikian dalam konteks ke-Indonesian, ikatan yang berupa sentimen- sentimen suku daerah asal atau agama ternyata dapat direduksi demi terbangunnya rasa kebangsaan. Arus globalisasi yang kian deras telah membawa serta nilai-nilai baru yang tidak sepenuhnya dapat diakomodasi atau dipahami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Nilai-nilai baru cenderung melonggarkan ikatan kebangsaan, dan mengkhawatirkan bagi masa depan persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan wilayah nasional Indonesia. Karenanya sangat dibutuhkan upaya menyegarkan kembali pemahaman akan nilai-nilai kebangsaan yang merupakan ciri kepribadian masyarakat Indonesia. Pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam sesanti Bhinneka Tunggal Ika, sebagai ajaran moral tentang sikap toleran, adil dan bergotong royong merupakan strategi yang tepat untuk mengatasi nilai-nilai baru yang cenderung bergesekan. Contoh perilaku yang mencerminkan “Bhinneka Tunggal Ika” Tidak diskriminasi terhadap siapapun Berlaku adil terhadap terhadap siapapun di sekolah, rumah, masyarakat Menghindari perkelahian/pertikaian yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain Saling menghormati walaupun berbeda agama, suku, ras dan budaya Tidak menghina atau merendahkan orang lain Hidup rukun di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dll Demikian informasi seputar Bhinneka Tunggal Ika, Semoga Bermanfaat! Baca juga artikel terkait dengan “Arti & Makna Bhineka Tunggal Ika” Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Sejarah Pancasila Memaknai Pancasila Sebagai Sumber Nilai Arti dan Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara Pengertian Demokrasi Pancasila Sejarah Lambang Garuda Pancasila Pengertian Wawasan Nusantara Makna Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Makna Sumpah Pemuda Pengamalan Nilai Pancasila Jika Anda ingin menggali lebih tentang Pancasila secara lebih komprehensif, miliki segera buku di 1. Pendidikan Pancasila Beli Sekarang 2. Falsafah Pancasila Epistemologi Keislaman Kebangsaan Beli Sekarang 3. Pancasila Rumah Bersama Beli Sekarang Sumber dll ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien DALAM sebuah forum ngopi sore hari di Kelenteng Cu An Kiong, Lasem, Rembang, Jawa Tengah, penulis menangkap kesedihan dari beberapa tokoh Tionghoa di kawasan itu. Seorang pengurus Kelenteng Cu An Kiong, mengungkapkan betapa sulit mengajak anak muda Tionghoa untuk ikut dalam forum-forum yang diinisiasi forum persaudaraan kelenteng itu. Padahal, forum-forum itu diselenggarakan semata bukan ritual agama. Agendanya terbuka untuk menjalin pertemanan dengan generasi muda lintas agama. Meski masih tetap ada beberapa pemuda Tionghoa yang ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan ritual antarbudaya tersebut, jumlahnya tidak sebanyak generasi yang lebih senior. Bagi pengurus kelenteng, mengajak generasi muda untuk srawung dengan masyarakat sekitar di Lasem merupakan upaya untuk melanjutkan memori kebersamaan. Untung saja, dalam beberapa tahun terakhir, ruang-ruang diskusi secara rutin sudah mulai terbuka untuk membangun jembatan komunikasi bersama, di antaranya yang diupayakan secara kreatif oleh Gus Zaim, pengasuh Pesantren Kauman Lasem. Apa yang terjadi di Lasem itu sesungguhnya dapat menjadi cermin bersama. Dalam rentang waktu yang panjang, penduduk di Lasem telah terbiasa membangun ruang bersama, antara keturunan Tionghoa, Arab, dan Jawa. Ruang publik terbuka itu bertumpu pada toleransi antarbudaya serta interaksi keseharian. Akan tetapi, seiring dengan waktu, perlu ada pewarisan ingatan serta membentuk interaksi sosial yang lebih segar di antara anak muda. Generasi muda antar-etnis dan agama haruslah membangun interaksi yang lebih intensif untuk mencipta ruang publik yang lebih segar, selain interaksi berbasis komunikasi digital. Namun, bagaimana sebenarnya millenial lintas agama melihat toleransi-intoleransi di negeri ini? Lalu, bagaimana generasi millenial melihat kebhinekaan sebagai penyangga masa depan negeri ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut seharusnya menjadi renungan dalam keseharian kita, di tengah gelombang ancaman kebencian dan jurang ketimpangan sosial yang semakin dalam. Kegamangan generasi millenialDalam kajian ilmu sosial, generasi millenial merupakan kelompok demografis setelah generasi X. Generasi ini lahir antara 1980 hingga 2000. Dengan demikian, generasi millenial sekarang berusia 18 tahun hingga 38 tahun. Di Indonesia, proporsi generasi millenial sekitar 34,45 persen, lebih dari sepertiga jumlah penduduk negeri ini. Dari kajian beberapa peneliti, generasi millenial cenderung unik dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Keunikannya terletak pada penggunaan teknologi dan budaya pop/musik yang sangat kental. Karenanya, millenial seakan tidak bisa lepas dari internet, hiburan entertainment, serta traveling. Millenial—yang sangat kreatif dan percaya diri—lebih suka bekerja keras dalam bidang usaha yang digeluti, untuk kemudian dinikmati dengan perjalanan panjang dan BORMOTOVA Ilustrasi generasi millenialMaka, kita bisa saksikan, betapa millenial sangat menikmati perjalanan mengeksplorasi kawasan-kawasan yang jauh di negeri ini, hingga ke beberapa negeri di ujung benua. Lalu, Indonesia memiliki penduduk usia produktif yang lebih banyak, dibandingkan dengan negara Asia lain—yang memiliki Produk Domestik Bruto PDB besar—semisal China, Jepang, India, dan Korea. Negara-negara ini, memasuki fase aging population karena penduduk tuanya mulai mendominasi total jumlah penduduk. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas Bambang Brodjonegoro, dalam sebuah diskusi mengungkapkan, betapa Indonesia kesulitan keluar dari "status" negara berkembang menjadi negara maju, meski penduduk usia produktif melimpah. Komposisi penduduk Indonesia, 90 juta millenial 20-34 tahun, dengan total fertility rate angka kelahiran 2,28 per orang per tahun, dan angka kematian anak 24 per kelahiran, meski angka harapan lama sekolah masih 12,72 tahun. Artinya, generasi millenial seharusnya memiliki peran penting untuk masa depan negeri ini. Wajah masa depan Indonesia tergantung dari visi, interaksi, dan nilai-nilai yang diserap generasi millenial negeri ini. Faktanya, generasi millenial negeri ini masih rentan dengan pertarungan hoaks dan pelintiran kebencian. Terlebih lagi, medan kontestasi di media sosial turut mempengaruhi persepsi generasi millenial dalam membangun cara pandang serta melihat masa depan negeri ini. Survei Centre for Strategic and International Studies CSIS menyoroti aspirasi millenial dalam kepemimpinan dan toleransi. Digelar pada periode 23-30 Agustus 2017, survei ini menggunakan 600 sampel dengan responden yang dikategorikan generasi millenial, yakni rentang usia 17 sampai 29 tahun, yang dipilih secara acak dari 34 provinsi di Indonesia. Pada riset tersebut, generasi millenial menyuarakan tantangan besar di Indonesia, mulai dari aspek keterbatasan lapangan pekerjaan 25,5 persen, tingginya harga sembako 21,5 persen, hingga tingginya angka kemiskinan 14,3 persen. Dari riset tersebut terbaca, sebagian besar generasi millenial mengakses media sosial baik untuk persebaran maupun penyerapan informasi. Sebanyak 54,3 persen responden mengaku mengakses media sosial setiap hari, yang berbanding terbalik dengan informasi dari media cetak. Hanya 6,3 persen millenial yang mengakses informasi dari media cetak, serta 56,0 persen telah meninggalkan media berformat cetak. Soal akses media sosial, 81,7 persen menggunakan Facebook, kemudian disusul WA 70,3 persen, BBM 61,7 persen, Twitter 23,7 persen, dan Path 16,2 persen. Riset CSIS juga memotret batas-batas toleransi dalam kehidupan generasi millenial. Kelompok millenial cenderung tidak setuju jika ada gagasan mengganti Pancasila dengan ideologi yang berbeda. Aspirasi ketidaksetujuan ini sangat tinggi, yakni sebanyak 90,5 persen, berbanding dengan yang setuju, 9,5 persen. Namun, dalam hal penerimaan terhadap pemimpin yang berbeda agama, generasi millenial cenderung tidak bisa menerima 53,7 persen, sementara yang bisa menerima pemimpin beda agama sebanyak 38,8 persen. Berkaca pada laporan tersebut, menjadi penting untuk membangun interaksi yang lebih segar bagi generasi millenial, dengan mencipta ruang komunikasi lintas agama dan budaya. Interaksi ini tidak sekadar sentuhan di media sosial, tetapi juga berbagi pengalaman secara lebih kongkret dengan kesan yang mendalam. Ruang publik yang menjadi ruang interaksi antar-pemuda lintas agama dan etnis perlu diciptakan sebagai ruang untuk merawat kebhinekaan. Ini menjadi tantangan bersama, yang berpengaruh pada depan interaksi di negeri ini. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Jika kamu orang indonesia pasti anda tahu semboyan dari Bhinneka Tunggal Ika ?? Semboyan dari Bhinneka Tunggal Ika yaitu “berbeda-beda tapi tetap satu jua”. tetapi Jika anda belum mengetahuinya anda tepat sekali karena disini akan mengulas secara lengkap pembahasan materinya hanya di guru pendidikan. Pengertian Bhineka Tunggal Ika Secara etimologi atau asal-usul bahasa, kata-kata Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno yang bila dipisahkan menjadi Bhinneka = beragam atau beraneka, Tunggal = satu, dan Ika = itu. Artinya, secara harfiah, jika diartikan menjadi beraneka satu itu. Maknanya, bisa dikatakan bahwa beraneka ragam tetapi masih satu jua. Semoboyan ini diambil dari kitab atau kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan majapahit sekitar abad ke-14 M. Hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan yang terjadi diwilayah Indonesia, dengan keberagaman penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, bahasa daerah, ras, agama, dan kepercayaan, lantas tidak membuat Indonesia menjadi terpecah-belah. Melalui semboyan ini, Indonesia bisa dipersatukan dan semua keberagaman tersebut menjadi satu bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Sejarah Bhineka Tunggal Ika Sebelumnya semboyan yang dijadikan semboyan resmi Negara Indonesia sangat panjang yaitu Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Semboyan Bhineka Tunggal Ika dikenal untuk pertama kalinya pada masa Majapahit era kepemimpinan Wisnuwardhana. Perumusan semboyan Bhineka Tunggl Ika ini dilakukan oleh Mpu Tantular dalam kitab Sutasoma. Perumuan semboyan ini pada dasarnya merupakan pernyataan kreatif dalam usaha mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan. Hal itu dilakukan sehubungan usaha bina Negara kerajaan Majapahit saat itu. Semboyan Negara Indonesia ini telah memberikan nilai-nilai inspiratif terhadap system pemerintahan pada masa kemerdekaan. Bhineka Tunggal Ika pun telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indoesia. Dalam kitab Sutosoma, definisi Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan dalam hal kepercayaan dan keaneragaman agama yang ada di kalangan masyarakat Majapahit. Namun, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Bhineka Tunggal Ika bukan hanya perbedaan agama dan kepercayaan menjadi fokus, tetapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku, bangsa, budaya adat-istiadat, beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan Negara. Seluruh perbedaan yang ada di Indonesia menuju tujuan yang satu atau sama, yaitu bangsa dan Negara Indonesia. Berbicara mengenai Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia, lambang Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan secara resmi menjadi bagian dari Negara Indonesia melalui Peraturan Pemerintahan Nomor 66 Tahun 1951 pada 17 Oktober 1951 dan di undang – undangkan pada 28 Oktober 1951 sebagai Lambang Negara. Usaha pada masa Majapahit maupun pada masa pemerintahan Indonesia berlandaskan pada pandangan yang sama, yaitu pandangan mengenai semangat rasa persatuan, kesatuan, dan kebersamaan sebagai modal dasar untuk menegakkan Negara. Sementara itu, semboyan “Tan Hana Darma Mangrwa” dipakai sebagai motto lambang Lembaga Pertahanan Nasional. Makna dari semboyan itu adalah “tidak ada kebenaran yang bermuka dua”. Namun, Lemhanas kemudian mengubah semboyan tersebut menjadi yang lebih praktis dan ringkas yaitu “bertahan karena benar”. Makna “tidak ada kebenaran yang bermuka dua” sebenarnya memiliki pengertian agar hendaknya manusia senantiasa berpegang dan berlandaskan pada kebenaran yang satu. Semboyan “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa” adalah ungkapan yang memaknai kebenaran aneka unsur kepercayaan pada Majapahit. Tdak hanya Siwa dan Budha, tetapi sejumlah aliran yang sejak awal telah dikenal terlebih dulu sebagian besar anggota masyarakat Majapahit yang memiliki sifat majemuk. Sehubungan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika, cikal bakal dari Singasari, yakni pada masa Wisnuwardhana sang dhinarmeng ring Jajaghu Candi Jago, semboyan tersebut dan candi Jago disempurnakan pada masa Kerajaan Majapahit. Oleh karena itu, kedua simbol tersebut lebih dikenal sebagai hasil perdaban masa Kerajaan Majapahit. Dari segi agama dan kepercayaan, masyarakat Majapahit merupakan masyarakat yang majemuk. Selain adanya beberapa aliran agama dan kepercayaan yang berdiri sendiri, muncul juga gejala sinkretisme yang sangat menonjol antara Siwa dan Budha serta pemujaan terhadap roh leluhur. Namun, kepercayaan pribumi tetap bertahan. Bahkan, kepercayaan pribumi memiliki peranan tertinggi dan terbanyak di kalangan mayoritas masyarakat. Pada saat itu, masyarakat Majapahit terbagi menjadi beberapa golongan. Pertama, golongan orang-orang islam yang datang dari barat dan menetap di Majapahit. Kedua, golongan orang-orang China yang mayoritas berasal dari Canton, Chang-chou, dan Fukien yang kemudian bermukim di daerah Majapahit. Namun, banyak dari mereka masuk agama Islam dan ikut menyiarkan agama Islam.\\ Pembentuk jati diri bangsa Sejak Negara Republik Indonesia ini merdeka, para pendiri bangsa mencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan pada lambang negara Garuda Pancasila. Kalimat itu sendiri diambil dari falsafah Nusantara yang sejak jaman Kerajaan Majapahit yang juga sudah dipakai sebagai motto pemersatu Nusantara, yang diikrarkan oleh Patih Gajah Mada dalam Kakawin Sutasoma, karya Mpu Tantular Rwāneka dhātu winuwus wara Buddha Wiśwa, bhinnêki rakwa ring apan kěna parwanosěn, mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal, bhinnêka tunggal ika tan hana dharmma mangrwa Pupuh 139 5. Terjemahan Konon dikatakan bahwa Wujud Buddha dan Siwa itu berbeda. Mereka memang berbeda. Namun, bagaimana kita bisa mengenali perbedaannya dalam selintas pandang? Karena kebenaran yang diajarkan Buddha dan Siwa itu sesungguhnya satu jua. Mereka memang berbeda-beda, namun hakikatnya sama. Karena tidak ada kebenaran yang mendua. Bhineka Tunggal ika tan Hana Dharma Mangrwa. Frasa tersebut berasal dari bahasa Jawa Kuna dan diterjemahkan dengan kalimat berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemudian terbentuklah Bhineka Tunggal Ika menjadi jati diri bangsa Indonesia. Ini artinya, bahwa sudah sejak dulu hingga saat ini kesadaran akan hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat bangsa di negeri ini. Munandar 200424 dalam Tjahjopurnomo mengungkapkan bahwa sumpah palapa secara esensial, isinya mengandung makna tentang upaya untuk mempersatukan nusantara. Sumpah Palapa Gajah Mada hingga kini tetap menjadi acuan, sebab Sumpah Palapa itu bukan hanya berkenaan dengan diri seseorang, namun berkenaan dengan kejayaan eksistensi suatu kerajaan. Oleh karena itu, sumpah palapa merupakan aspek penting dalam pembentukan Jati Diri Bangsa Indonesia. Menurut Pradipta 2009, pentingnya Sumpah Palapa karena di dalamnya terdapat pernyataan suci yang diucapkan oleh Gajah Mada yang berisi ungkapan “lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa” kalau telah menguasai Nusantara, saya melepaskan puasa/tirakatnya. Naskah Nusantara yang mendukung cita-cita tersebut di atas adalah Serat Pararaton. Kitab tersebut mempunyai peran yang strategis, karena di dalamnya terdapat teks Sumpah Palapa. Kata sumpah itu sendiri tidak terdapat di dalam kitab Pararaton, hanya secara tradisional dan konvensional para ahli Jawa Kuno menyebutnya sebagai Sumpah Palapa. Bunyi selengkapnya teks Sumpah Palapa menurut Pararaton edisi Brandes 1897 36 adalah sebagai berikut Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”. Terjemahan Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa nya. Beliau Gajah Mada Jika telah mengalahkan nusantara, saya baru melepaskan puasa, jika berhasil mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya baru melepaskan puasa saya Kemudian dilanjutkan dengan adanya Sumpah Pemuda yang tidak kalah penting dalam sejarah perkembangan pembentukan Jati Diri Bangsa ini. Tjahjopurnomo 2004 menyatakan bahwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 secara historis merupakan rangkaian kesinambungan dari Sumpah Palapa yang terkenal itu, karena pada intinya berkenaan dengan persatuan, dan hal ini disadari oleh para pemuda yang mengucapkan ikrar tersebut, yakni terdapatnya kata sejarah dalam isi putusan Kongres Pemuda Kedua. Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang maha penting bagi bangsa Indonesia, setelah Sumpah Palapa. Para pemuda pada waktu itu dengan tidak memperhatikan latar kesukuannya dan budaya sukunya berkemauan dan berkesungguhan hati merasa memiliki bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ini menandakan bukti tentang kearifan para pemuda pada waktu itu. Dengan dikumandangkannya Sumpah Pemuda, maka sudah tidak ada lagi ide kesukuan atau ide kepulauan, atau ide propinsialisme atau ide federaslisme. Daerah-daerah adalah bagian yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari satu tubuh, yaitu tanah Air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda adalah ide kebangsaan Indonesia yang bulat dan bersatu, serta telah mengantarkan kita ke alam kemerdekaan, yang pada intinya didorong oleh kekuatan persatuan Indonesia yang bulat dan bersatu itu. Pada saat kemerdekaan diproklamirkan, 17 Agustus 1945 yang didengungkan oleh Soekarno-Hatta, kebutuhan akan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia tampil mengemuka dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar Negara RI. Sejak waktu itu, Sumpah Palapa dirasakan eksistensi dan perannya untuk menjaga kesinambungan sejarah bangsa Indonesia yang utuh dan menyeluruh. Seandainya tidak ada Sumpah Palapa, NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia akan dikoyak-koyak sendiri oleh suku-suku bangsa Nusantara yang merasa dirinya bisa memisahkan diri dengan pemahaman federalisme dan otonomi daerah yang berlebihan. Gagasan-gagasan memisahkan diri sungguh merupakan gagasan dari orang-orang yang tidak tahu diri dan tidak mengerti sejarah bangsanya, bahkan tidak tahu tentang “jantraning alam” putaran zaman Indonesia, yang harus kita lakukan adalah, dengan kesadaran baru yang ada pada tingkat kecerdasan, keintelektualan, serta kemajuan kita sekarang ini, bahwa bangsa ini dibangun dengan pilar bernama Bhinneka Tunggal Ika yang telah mengantarkan kita sampai hari ini menjadi sebuah bangsa yang terus semakin besar di antara bangsa-bangsa lain di atas bumi ini, yaitu bangsa Indonesia, meskipun berbeda-beda suku bangsa tetapi satu bangsa Indonesia. Dan dikuatkan dengan pilar Sumpah Palapa diikuti oleh Sumpah Pemuda yang mengikrarkan persatuan dan kesatuan Nusantara / bangsa Indonesia, serta proklamasi kemerdekaan dalam kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang utuh dan menyeluruh. Hal itu tidak terlepas dari pembentukan jati diri daerah sebagai dasar pembentuk jati diri bangsa. Fungsi Bhinneka Tunggal Ika Bangsa Indonesai sudah lama hidup di dalam keaneka ragaman, tetapi hal ini tidak pernah menampilkan perseteruan antar rakyat Indonesia. Keberagaman yang ada dipakai untuk membentuk suatu Negara yang besar. Keberagaman yang terjadi baik itu di dalam segi kepercayaan, warna kulit, suku bangsa, agama, bahasa, menjadikan Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang besar dan berdaulat. Sejarah mencatat bahwasanya semua anak bangsa yang tergabung dalam berbagai macam suku turut serta memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dengan mengambil peran masing-masing. Para tokoh bangsa yang bergerak dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sudah menyadari tantangan yang harus dihadapi oleh karena kemajemukan yang ada di dalam bangsa ini. Keberagaman menjadi sebuah realitas yang tidak bisa dihindari di dalam negeri ini. Pemikiran dan tindakan yang diperbuat tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menunjukkan pada dunia bahwa cita-cita bangsa akan terwujud dengan keanekaragaman itu. Ke-bhinneka-an adalah sebuah hakikat realitas yang sudah ada dalam bangsa Indonesia, sedangkan ke-Tunggal-Ika-an adalah sebuah cita-cita kebangsaan. Semboyan inilah yang menjadi jembatan emas penghubung menuju pembentukan Negara berdaulat serta menunjukkan kebesarannya di mata dunia. Konsep Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah semboyan yang dijadikan dasar Negara Indonesia. Oleh sebab itu, Bhinneka Tunggal Ika patut dijadikan sebagai landasan untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan di dalam bangsa Indonesia. Kita sebagai generasi selanjutnya yang bisa menikmati kemerdekaan dengan mudah, haruslah bersungguh-sungguh dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat saling menghargai dengan masyarakat tanpa saling memikirkan percampuran suku bangsa, ras, agama, bahasa, dan keaneka ragaman lainnya. Tanpa adanya kesadaran di dalam diri rakyat Indonesia, maka pantaslah Indonesia akan hancur dan terpecah belah. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika 1. Common Denominator Di Indonesia, berbagai macam keaneka ragaman yang ada tidaklah membuat bangsa ini menjadi pecah. Terdapat 5 agama yang ada di Indonesia, dan hal tersebut tidak membuat agama-agama tersebut untuk saling mencela. Maka sesuai dengan prinsip pertama dari Bhinneka Tunggal Ika, maka perbedaan-perbedaan di dalam agama tersebut haruslah dicari common denominatornya, atau dengan kata lain kita haruslah mencari sebuah persamaan dalam perbedaan itu, sehingga semua rakyat yang hidup di Indonesia dapat hidup di dalam keanekaragaman dan kedamaian dengan adanya kesamaan di dalam perbedaan tersebut. Begitu juga halnya dengan dengan aspek lain yang mempunyai perbedaan di Indonesia, seperti adat dan kebudayaan yang terdapat di setiap daerah. Semua macam adat dan budaya itu tetap diakui konsistensinya sebagai adat dan budaya yang sah di Indonesia, tapi segala macam perbedaan tersebut tetap bersatu di dalam bingkai Negara kesatuan republik Indonesia. 2. Tidak Bersifat Sektarian dan Enklusif Makna yang terkandung di dalam prinsip ini yakni semua rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan menganggap bahwa dirinya atau kelompoknya adalah yang paling benar, paling hebat, atau paling diakui oleh yang lain. Pandangan-pandangan sectarian dan enklusif haruslah dihilangkan pada segenap tumpah darah Indonesia, karena ketika sifat sectarian dan enklusif sudah terbentuk, maka akan banyak suatu konflik yang terjadi dikarenakan kecemburuan, kecurigaan, sikap yang berlebihan, dan kurang memperhitungkan keberadaan kelompok atau pribadi lain. Bhinneka Tunggal Ika sifatnya inklusif, dengan kata lain segala kelompok yang ada haruslah saling memupuk rasa persaudaraan, kelompok mayoritas tidak memperlakukan sebuah kelompok minoritas ke dalam posisi terbawah, tetapi haruslah hidup berdampingan satu sama lain. Kelompok mayoritas juga tidak harus memaksakan kehendaknya kepada kelompok lain. 3. Tidak Bersifat Formalistis Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis, yang hanya menunjukkan sebuah perilaku semu dan kaku. Tetapi, Bhinneka Tunggal Ika sifatnya universal dan menyeluruh. Hal ini dliandasi oleh adanya rasa cinta mencintai, rasa hormat menghormati, saling percaya mempercayai, dan saling rukun antar sesame. Karena dengan cara inilah, keanekaragaman bisa disatukan dalam bingkai ke-Indonesiaan. 4. Bersifat Konvergen Bhinneka Tunggal Ika sifatnya konvergen dan tidak divergen. Segala macam keaneka ragaman yang ada bila terjadi masalah, bukan untuk dibesar-besarkan, tetapi haruslah dicari satu titik temu yang bisa membuat segala macam kepentingan menjadi satu. Hal ini bisa dicapai bila terdapatnya sikap toleran, saling percaya, rukun, non sectarian, dan inklusif. Implementasi Bhinneka Tunggal Ika Implementasi terhadap Bhinneka Tunggal Ika bisa tercapai bila rakyat dan seluruh komponen mematuhi prinsip-prinsip yang sudah disebutkankan di atas. Yakni 1. Perilaku Inklusif Seseorang haruslah menganggap bahwa dirinya sedang berada di dalam suatu populasi yang luas, sehingga dia tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain. Begitu juga dengan kelompok. Kepentingan bersama lebih diutamakan daripada sebuah keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat segala komponen merasa puas dan senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan masing-masing di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 2. Mengakomodasi Sifat Prulalistik Ditinjau dari keanekaragaman yang ada di dalam negeri ini, maka sepantasnyalah bila Indonesia adalah bangsa dengan tinglat prulalistik terbesar di dunia. Hal inilah yang membuat bangsa kita disegani oleh bangsa lain. Tapi, bila hal ini tidak bisa dipergunakan dengan baik, maka sangat mungkin akan terjadi disintegrasi di dalam bangsa. Agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia mempunyai jumlah yang tidak sedikit. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling mencintai, dan saling menyayangi menjadi hal mutlak yang dibutuhkan oleh segenap rakyat Indonesia, supaya terciptanya masyarakat yang tenteram dan damai. 3. Tidak Mencari Menangnya Sendiri Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman sekarang. Apalagi ditambah dengan diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap rakyat bebas untuk mengungkapkan pendapatnya masing-masing. Oleh sebab itu, untuk mencapai prinsip ke-Bhinneka-an, maka seseorang haruslah saling menghormati antar satu pendapat dengan pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi untuk dicari suatu titik temu dengan mementingkan suatu kepentingan bersama. Sifatnya konvergen haruslah benar-benar dinyatakan di dalam hidup berbangsa dan bernegara, jauhkan sifat divergen. 4. Musyawarah untuk Mufakat Perbedaan pendapat antar kelompok dan pribadi haruslah dicari solusi bersama dengan diberlakukannya musyawarah. Segala macam perbedaan direntangkan untuk mencapai satu kepentingan. Prinsip common denominator atau mencari inti kesamaan haruslah diterapkan di dalam musyawarah. Dalam musyawarah, segala macam gagasan yang timbul akan diakomodasikan dalam kesepakatan. Sehingga kesepakatan itu yang mencapai mufakat antar pribadi atau kelompok. 5. Dilandasi Rasa Kasih Sayang dan Rela Berkorban Sesuai dengan pedoman sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya, rasa rela berkorban haruslah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Rasa rela berkorban ini akan terbentuk dengan dilandasi oleh rasa salin kasih mangasihi, dan sayang menyayangi. Jauhilah rasa benci karena hanya akan menimbulkan konflik di dalam kehidupan. Itulah ulasan tentang Bhinneka Tunggal Ika Pengertian, Fungsi, Dan Makna Beserta Sejarahnya Secara Lengkap Semoga apa yang diulas diatas bermanfaat bagi embaca. Sekian dan terimakasih. Baca juga refrensi artikel terkait lainnya disini Sejarah Lahirnya Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara Karakteristik Ideologi Pancasila Secara Lengkap √ Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara Terlengkap √ Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka [ Arti, Syarat, Ciri, Dimensi, Sejarah ] Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari

jelaskan yang dimaksud dengan semangat kebhinekaan